PENGARUH EKSTRAK DAUN COCOR BEBEK (KALANCHOE PINNATA) 50% TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA SAYATAN PADA MUKOSA RONGGA MULUT TIKUS WISTAR
Abstract
Kemungkinan cedera Prevalensi cedera di Indonesia adalah 8,2%, menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013. Tingkat cedera terbesar, 12,8%, ditemukan di Sulawesi Selatan, dan frekuensi terendah, 4,5% , ditemukan di Jambi. Secara umum, luka sayat/memar (70,9%), keseleo (27,5%), dan luka sayat (23,2%) merupakan tiga jenis cedera yang paling sering diderita oleh pasien. Proses memulihkan cedera dengan menghasilkan struktur baru yang bermanfaat dikenal sebagai penyembuhan luka. Ada tiga tahap dasar penyembuhan luka: tahap inflamasi, tahap proliferatif, dan tahap maturasi atau remodeling. Mengukur lima parameter hasil klinis: warna jaringan, pendarahan pada palpasi, adanya jaringan granulasi, margin insisi (epitelisasi, paparan jaringan ikat, dan supurasi). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata) 50% pada waktu penyembuhan luka sayatan pada mukosa rongga mulut tikus wistar. Bahan dan método yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode eksperimental laboratorium yakni Post Test Only Control Design. Adapun sampel pada penelitian ini terdiri dari 32 sampel tikus wistar. Alat ukur yang digunakan adalah skala IPR (Inflamatory Proliperative Remodeling) serta uji statistic Paired Sample T-Test. Hasil: Berdasarkan hasil uji pengaruh menggunakan Paired Sample T-Test, p-Value = 0,000 atau p<0,05. Jadi ada pengaruh yang sig. Hasil penelitian menunjukan nilai p-Value=0,00 atau p<0,05. bahwa proses penyembuhan luka sayatan pada mukosa rongga mulut tikus wistar menggunakan daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata) lebih cepat dibandingkan tidak menggunakan daun cocor bebek. Hal ini berarti terdapat pengaruh efektivitas ektrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata) 50% pada penyembuhan luka sayatan pada mukosa rongga mulut tikus wistar.